Tujuan Pernikahan dalam Refleksi 5 Tahun Wedding Anniversary
Tujuan Pernikahan dalam Refleksi 5 Tahun Wedding Anniversary |
Tujuan Pernikahan
Menantimu hingga saat
Cintaku temukan dirimu
Usai sudah sampai di sini
Berdiri melabuhkan asmara
Menikah denganku
Menempatkan cinta
Melintasi perjalanan usia
Menikah denganmu
Menetapkan jiwa
Bertahtakan kesetiaan cinta
Selamanya
Menikahimu
Di atas adalah lirik dari lagu Menikahimu karya Mas Yovie dan dinyanyikan oleh Kahitna. Sebenarnya lebih ke pembukaan artikel aja sih. Karena jujur, menulis artikel perdana untuk situs ruangbucin.com ini bertepatan dengan momen 5 tahun wedding anniversary yang saat ini sedang Saya alami.
Tujuan Pernikahan dalam Refleksi 5 Tahun Wedding Anniversary
Bingung juga, mau curhat takut jadi jejak digital, tapi kalau gak ditulis kaya momennya akan ilang aja gitu padahal 5 tahun dalam pernikahan adalah sebuah milestone. Iya gak sih?
Tujuan Pernikahan Menurut Imam Ghazali
Anyway, sebelum Saya merefleksikan 5 tahun pernikahan yang Saya alami, Saya ingin mengajak teman-teman Pejuang Bucin untuk mengetahui Tujuan Pernikahan menurut Imam Ghazali berdasarkan Kitab Ihya’ Ulumuddin. Rujukan ini Saya ambil karena Saya adalah penganut agama Islam.
Ladang Ibadah Sunnah Terpanjang
Tujuan pernikahan yang pertama menurut Imam Ghazali adalah untuk beribadah kepada Allah SWT sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi “Barang siapa yang sudah melaksanakan perkawinan maka dia telah membentengi setengah agamanya, maka bertakwalah kepada Allah dari separuh lainnya.”
Ketika Saya membaca tujuan pertama ini dan merefleksikannya dalam pernikahan yang Saya alami membuat Saya tersenyum getir. Apakah hanya Saya atau teman-teman Pejuang Bucin juga merasakannya?
Merasakan bahwa ya, pernikahan itu akan menjadi ladang ibadah jika membawa kebahagiaan baik untuk suami atau pun istri, oleh karena itulah pernikahan disebut juga sebagai ladang ibadah sunnah terpanjang. Yang tadinya bernilai satu pahala, ketika menikah menjadi berlipat pahalanya.
Namun bagaimana jika yang di dalam pernikahan tersebut justru mendatangkan marabahaya atau duka diantara keduanya? Jujur, untuk tujuan utama ini Saya pribadi masih sulit untuk merealisasikannya dan masih berproses hingga kini.
Seperti halnya bersabar atas sikap yang kurang disukai dari pasangan, bersabar atas ujian pernikahan, komunikasi yang sering kali salah tanggap, dan masih banyak yang seharusnya dalam pernikahan menjadi ladang ibadah tetapi jika tidak terbiasa diniati karena beribadah kepada Allah maka akan menjadi ladang dosa dan nestapa.
Memperbanyak Keturunan
Tujuan pernikahan yang kedua adalah memperbanyak keturunan. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: “Kawinlah kalian sehingga kalian akan banyak, karena sesungguhnya aku akan membanggakan kalian kepada umat yang lain pada hari kiamat, walaupun dengan bayi yang gugur”.
Alhamdulillah refleksi untuk tujuan pernikahan yang ini dalam pernikahan yang Saya jalani telah Allah SWT berikan anugerah satu anak laki-laki. Ya, anak Saya dan pasangan memang hingga kini ada satu orang.
Berbeda dengan orang tua kami terdahulu yang mana Saya adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Sedang suami adalah anak keempat dari lima bersaudara. Jujur, awalnya Saya memang ingin memiliki anak banyak, maksimal empat orang.
Tetapi setelah merasakan proses biologis mengandung, melahirkan, menyusui dan membersamai si Kecil, Saya dan suami memutuskan untuk memberi jeda kelahiran karena menjadi orang tua tidak lah semudah membalikan telapak tangan.
Perkara memperbanyak keturunan ini penting juga untuk menjadi catatan bersama kepada siapapun bahwa memang pernikahan akan memberikan kita keluarga baru sehingga jumlah keluarga kita pun bertambah banyak.
Namun kualitas tentunya juga perlu diperhatikan selain kuantitas yang bertambah. Akan lebih baik jika memiliki jumlah anggota keluarga sedikit tetapi rukun dan harmonis jika dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang banyak namun setiap perkumpulan keluarga ada saja yang dibanding-bandingkan.
Menjadi Penerus Amal Kebajikan
Tujuan pernikahan yang terakhir menurut Imam Ghazali adalah menjadikan anak sebagai penerus amal kebajikan mengingat di dalam Islam, ada tiga perkara yang akan terus mengalir dan menjadi ladang pahala yaitu ilmu yang bermanfaat, bersedekah, dan doa anak yang sholih/sholihah.
Refleksi tujuan pernikahan ini pada akhirnya mengantarkan Saya dan pasangan sebagai orang tua untuk mendidik anak sebaik mungkin sesuai dengan ajaran agama dan zamannya agar kelak ia tumbuh menjadi anak yang sholih, dapat beradaptasi di zamannya dengan akhlak terpuji dan kelak dapat mendoakan orang tuanya jika telah tiada.
Refleksi lainnya dari pernikahan yang Saya alami adalah ternyata Saya masih sering melihat keburukan daripada kebaikan-kebaikan yang Saya dapatkan di dalam pernikahan Saya. Terlebih ujian utama dalam pernikahan kami sejak hari pertama kami menikah hingga kini adalah masalah ekonomi.
Kesimpulan dan Penutup
Yah, membaca tujuan pernikahan ini setidaknya menampar Saya untuk kembali ke jalur yang telah tersedia yaitu menjadikan pernikahan sebagai ladang ibadah kepada Allah karena insya Allah nantinya akan Allah beri kebahagiaan tak terkira pada pernikahan ini.
Sekian, semoga refleksi pernikahan Saya bisa dijadikan sebagai renungan dan hikmah yang bisa dipelajari baik buruknya agar tidak terjadi di dalam pernikahan teman-teman Pejuang Bucin.
Oiya, tidak apa kan ya jika saya memanggil panggilan sayang pembaca di situs ruangbucin.com ini dengan sebutan Pejuang Bucin? Tidak apa ya, karena setiap cinta kan memang perlu saling diperjuangkan. Eaaaa…
Nah, itu dia tujuan pernikahan dalam refleksi 5 Tahun wedding anniversary yang Saya alami. Selanjutnya Saya akan membahas seputar list yang harus dipersiapkan untuk pernikahan. Sekian, semoga ulasan ini bermanfaat.
Sumber Referensi: https://www.nu.or.id/daerah/tujuan-menikah-menurut-imam-ghazali-wvTB2
Posting Komentar untuk "Tujuan Pernikahan dalam Refleksi 5 Tahun Wedding Anniversary"